PENDEKATAN STRUKTUR KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD

Sigmund Freud (1856-1939) lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia yang pada masa itu merupakan provinsi di bagian utara Kekaisaran Autro Hongaria dan sekarang adalah wilayah Republik Ceska. Pandangan-pandangan freud terus berkembang selama kariernya yang panjang. Hasil kolektif tulisan-tulisan yang luas merupakan sebuah sistem rinci tentang perkembangan kepribadian. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara. Persepsi tentang sifat manusia Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
Pokok-pokok Teori Freud Mengenai Kepribadian
Freud mengemukakan memiliki beberapa teori mengenai kepribadian yaitu struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
1)                     Struktur Kepribadian
Dalam struktur kepribadian  terdiri dari tiga system atau aspek, yaitu :
1.      aspek biologis
2.      aspek psikologis
3.      aspek sosiologis
ketiga aspek tersebut memiliki fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika tersendiri namun ketiganya memiliki hubungan erat yang membuatnya sukar atau tidak mungkin untuk dipisahkan terhadap tingkah laku manusia.
1.                              Id (Aspek Biologis)
  Aspek ini adalah aspek biologis yang merupakan system yang original didalam kepribadian, ini merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia obektif termasuk insting-insting. Aspek ini merupakan ‘reservoir’ energy psikis yang menggerakkan ego dan superego. Energi psikis dalam Id dapat meningkat karena rangsangan baik dari luar maupun dalam. Apabila energy itu meningkat, dapat menimbulkan tegangan yang menciptakan pengalaman tidak enak(tidak menyenangkan). Fungsi dari Id disini adalah mereduksi energy untuk menghilangkan rasa tidak enak itu, jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Id menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Pedoman inilah yang disebut Freud sebagai ‘prinsip kenikmatan’ atau ‘prinsip keenakan’ (Lust Prinzip, the pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan itu Id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu :
a.       Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti misalnya bersin, berkedip, dsb.
b.      Proses primer (primary Vorgang), seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan.

2.                              Ego (Aspek Psikologis)
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar.
Aspek ini adalah aspek psikologi daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Di sinilah letak perbedaan yang pokok antara id dan ego, yaitu kalau id itu hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin) maka ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas).
Di dalam fungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan atau “Prinsip Kenyataan” atau “Prinsip Realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder. Tujuan prinsip realita itu adalah mencari objek untuk mereduksikan tengangan yang timbul dalam organisme .Proses sekunder itu adalah proses berfikir realitas; dengan mempergunakan proses sekunder ego merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak. Misalnya: orang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, lalu pergi ke tempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil ( cocok dengan realitas ) atau tidak. Perbuatan ini secara teknis disebut reality testing.
Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, oleh karena itu ego ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan; didalam menjalankan fungsi ini sering kali ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Id dan Super Ego serta dunia luar. Namun haruslah selalu diingat, bahwa Ego adalah derivate dari Id dan bukan untuk merintanginya; peran utama ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.


3.                  Superego (Aspek Sosiologi)
Teori ini lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan,karena itu dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Superego memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Superego diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai respon terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh orangtua dan pendidik-pendidik yang lain. Dengan maksud untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman, anak mengatur tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki orang tuanya. Dengan terbentuknya superego ini, maka control terhadap tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh orangtua atau wakilnya menjadi dilakukan oleh dirinya sendiri.
Hal ini juga dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran. Kecemasan Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Yang dibagi menjadi ;
1)      kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
2)       kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum.
3)      kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.
Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Mekanisme pertahanan ego Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:
a)      represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta   perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,
b)      memungkiri; ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,
c)      pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,
d)     proyeksi; ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,
e)      penggeseran; merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”,
f)       rasionalisasi; ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur,
g)      sublimasi; ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,
h)      regresi; yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,
i)        introjeksi; yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain,
j)        identifikasi,
k)      konpensasi, dan
l)        ritual dan penghapusan








Contoh Ilustrasi Pendekatan Struktur Kepribadian Sigmund Freud Dalam Kehidupan Sehari-hari

            Anak A mempunyai sakit maag yang akan kambuh apabila dia telat makan. Dia adalah seorang mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi  dan  menjabat sebagai ketua BEM .ditengah aktivitasnya yang sangat padat dia merasakan lapar yang sangat hebat dan merasakan dorongan yang sangat kuat untuk makan .pada saat ingin memuaskan nafsunya untuk makan .dia pergi ke kantin untuk memesan makanan , ternyata menu pada saat itu adalah makanan yang pedas.dan dia memaksa untuk makan makanan tersebut , meskipun dia tau bahwa dia tidak boleh makan makanan yang pedas.

Id                     : An. A merasakan lapar yang sangat hebat
Ego                  : An. A ingin makan
Super Ego       : An. A  memaksa makan makanan yang pedas , padahal An.A  tau  bahwa ia tidak boleh makan makanan yang pedas.

Jadi, dapat disimpulkan pemahaman dari aspek tersebut sebagai berikut :
Pertama Id :              Merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja.
Kedua Ego :              Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme,seperti manusia lapar butuh makan. Sedangkan yang
Ketiga superego :       Yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian,sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

Zaqila - Dilanda Rindu

Pohon Gebang : Manfaat dan Fungsi

Life Mapping Perencanaan Menuju Sukses